Minggu, 16 Oktober 2011

Waspadalah modus penipuan gaya baru...!

Waspadalah modus penipuan gaya baru...!:
Pagi hari tadi adik ipar saya yang hendak berangkat ke tempat kerjanya menerima sebuah telepon ke handphone-nya.

Si penelepon mengaku sebagai teman adik saya.

Dalam percakapan itu, si penelepon mengaku baru saja mengalami musibah. Dia bilang dia baru saja menabrak seorang anak kecil hingga terluka parah. Dan dia bilang, dia langsung dihakimi oleh sejumlah massa hingga tubuhnya babak-belur.



Langsung adik saya kaget mendengar kabar itu. Orang itu mengaku kalau pada saat dia menelepon adik saya tersebut, dia sedang berada di Polsek Kota Bandung. Dan dia meminta tolong agar adik saya mentransfer pulsa sebesar Rp. 200 ribu rupiah. Dengan alasan, setelah dihakimi massa datang seorang polisi melerai dan langsung membawa anak kecil yang ditabraknya itu ke RS. Biaya pengobatan itu total sejumlah 500 ribu rupiah. Orang itu (yang mengaku sebagai teman adik saya) bilang kalau dia hanya membawa uang sebanyak Rp. 300 ribu rupiah, dan sisanya 'ditalangin' oleh Pak Polisi tadi sebesar Rp. 200 rupiah. Jadi, secara otomatis, dia mempunyai hutang sebesar Rp 200 ribu kepada Pak Polisi tersebut. Maka dari itu, dia meminta ditransfer pulsa sebesar nominal tersebut. Pak Polisi itu juga sempat berbicara dengan adik saya, menjelaskan apa yang terjadi dengan nada suara yang tegas layaknya seorang aparat. Orang itu (yang mengaku sebagai polisi) mengaku bernama Bpk. Budi.



Nah, mulai dari situ baru terdengar keganjilan. Adik saya merasa suara orang itu tidak sama dengan suara temannya. Ketika adik saya menanyakan "koq suaranya beda sich?", orang itu berasalan suaranya terdengar beda karena habis digebukin massa...



Saya dan keluarga yang lain yang berada disitu kebetulan mendengar percakapan yang kira-kira lebih dari setengah jam tersebut, dan mulai menyadari adanya keanehan. Entah bagaimana, adik saya seperti terhipnotis leat obrolan di handphone-nya. Dia sudah akan beranjak pergi ke counter HP untuk mentransfer pulsa tersebut, dengan kondisi handphone masih aktif dan masih melakukan percakapan tersebut. Sontak kami yang berada disitu langsung mencegahnya. Dan kami menyuruh adik saya untuk segera menutup telepon itu. Setelah telepon ditutup, kami langsung menasehati dan menanyakan kronologis kejadiannya. Setelah adik saya dinasehati dan diberi pengertian bahwa kalau akhir-akhir ini sering terjadi kasus penipuan, dia pun langsung istighfar.



Setelah itu kakak ipar saya langsung mencari tahu nomor telepon Polsek Kota Bandung, dan segera meneleponnya. Setelah telepon tersambung, kakak ipar saya menanyakan kebenarannya kepada petugas yang menerima telepon itu. Setelah bertanya "apakah ada yang namanya Bpk. Budi, dan benarkah ada kasus seperti yang diceritakan oleh si penelepon tadi beberapa waktu lalu?", si petugas menjawab "Tidak ada..."



Tak lama berselang dari waktu kakak ipar saya menelepon, istri saya langsung menyalakan komputer dan langsung masuk ke F*cebook. Kebetulan, istri saya menjalani pertemanan di akun F*cebook-nya dengan teman adiknya itu. Dan langsung kaget ketika melihat bahwa teman adiknya itu baru saja meng-update status dengan isi: "mandi dulu ah..." -- 39 minutes ago via mobile (39 menit yang lalu melalui seluler).



Dari kejadian tersebut, ada beberapa FAKTA YANG ANEH:

1. Suara orang yang mengaku temannya itu terdengar berbeda

2. Mengapa uang yang "dipinjam" dari Pak Polisi ingin digantikan dengan berbentuk pulsa?

3. Nomor handphone yang ingin ditransfer adalah nomor asing yang tidak dikenal

4. Keberadaan Pak Polisi, dan hal perkara tersebut setelah dikonfirmasi adalah fiktif

5. Tidak mungkin bila teman adik ipar saya itu terkena musibah, masih sempat update status "hendak mandi"



Dari kejadian tersebut kami mendapatkan pelajaran berharga, yang paling penting JANGAN LANGSUNG PERCAYA APABILA MENDAPAT TELEPON DARI SESEORANG YANG TIDAK KITA KENAL!



Mudah-mudahan kisah nyata ini bisa membantu supaya rekan-rekan lebih waspada terhadap segala bentuk penipuan yang kerap terjadi akhir-akhir ini. Amin.

Terima kasih.



Karawang, 16 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar