WELCOME TO MY THREAD
Bienvenidos A Mi Tema
Repost kah..? coba cek disini
Quote:
Menjelang diperingatinya sumpah pemuda, kali ini ane akan membahas tentang ironi di kalangan pemuda indonesia saat ini, khususnya pelajar. Dimana dahulu para pemuda berjuang habis habisan demi kemerdekaan bangsa kita, namun kenyataannya saat ini sifat sifat pemuda sejati sudah mulai luntur. Ini terlihat jelas, contohnya saja tradisi tawuran yang amat melekat di kalangan pemuda saat ini. Silahkan disimak dahulu threadnya gan.. |
Quote:
Spoiler for o: |
Quote:
Spoiler for o: Itu sebabnya, sekolah dalam hal ini guru perlu mencari solusi agar persoalan pendidikan karakter ini bisa ditanamkan kepada setiap diri siswa. Jika pendidikan karakter ini sudah tertanam pada setiap diri siswa, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) Prof Suyatno yakin bahwa tidak hanya persoalan tawuran antar pelajar yang bisa terselesaikan. “Nilai-nilai kesopanan, kerukunan dan penghargaan pelajar pun bisa diperoleh,” jelas Suyatno disela seminar nasional dan Kongres Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (HISPISI) XII yang difasilitasi Uhamka, Sabtu (8/10). Karena dalam pendidikan karakter, tidak hanya mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang bertanggungjawab, tetapi sekaligus mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dalam hidup. Seperti nilai penghargaan pada guru dan orangtua, keimanan dan ketakwaan, ahklak mulia dan sebagainya. Suyatno mengatakan bahwa pendidikan karakter yang selama ini diberikan bersifat integral dengan mata pelajaran lain. Tidak diberikan secara khusus kepada siswa. Padahal pendidikan karakter ini bisa diberikan secara khusus melalui ilmu-ilmu sosial. “Sayangnya, dalam dunia pendidikan, ilmu sosial seperti kurang diminati oleh masyarakat,” lanjut Suyatno. Ilmu sosial dikatakan Suyatno hanya akan dipandang oleh masyarakat jika pecah kerusuhan, muncul tawuran pelajaran dan tindak kekerasan lain. “Sepertinya ilmu sosial hanya sekedar menjadi pemadam kebakaran saja,” tambahnya. Itu sebabnya, dalam Kongres HISPISI, Suyatno menilai perlunya upaya-upaya dari guru ilmu sosial untuk mendongkrak dan mengubah imej ilmu sosial ini. Bahwa ilmu sosial keberadaannya sejajar dan sama pentingnya dengan ilmu eksakta. Seminar dan Kongres HISPISI tersebut menghadirkan Dirjen Dikti Djoko Santoso, Mantan Mendikbud Daoed Joesoef, mantan Ketua BSNP Yunan Yusuf, dan pengurus PP Muhammadiyah Dr Zamroni. |
Alumni ciptakan tradisi tawuran:thumbdown
Quote:
Spoiler for o: Salah satu faktor yang menyebabkan tradisi kekerasan itu selalu muncul di setiap angkatan adalah adanya penanaman rasa benci oleh senior. Demikian disampaikan Kepala Seksi Pembinaan Kemampuan Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Jaenur, Kamis (22/9/2011), di Polda Metro Jaya. "Biasanya dari yang pernah saya dalami, aksi tawuran pelajar itu muncul karena terkadang ada orang ketiga. Senior dan alumni kadang-kadang ikut memperkeruh suasana dan menebar kebencian yang sifatnya negatif," ujar Jaenur. Senior dan alumni itu dulu mungkin pernah sakit hati, dan pernah mendapatkan perlakukan kekerasan, sehingga mereka kemudian mengintimidasi yuniornya. Hal ini pun berlanjut turun temurun. Meski sudah tamat sekolah, para alumni yang tergabung dalam kelompok tertentu ini diakui terus menanamkan bibit kebencian itu. "Kebanyakan alumni yang memprovokasi ini adalah yang suka tawuran," kata Jaenur. Dikatakan Jaenur, para alumnus barisan sakit hati yang dulunya gemar berkelahi ini ingin mencari ketenaran dan ingin mencari nama. "Supaya dibilang jagoan," ucapnya. Dengan membawa-bawa solidaritas kelompok inilah kemudian para alumnus mengajak para siswa tawuran. "Siapa yang menolak dibilang penciut dan banci," tutur Jaenur. |
Quote:
Spoiler for o: Ia mengatakan, usulan menghentikan penerimaan siswa baru di SMA 6 sementara waktu akan berdampak luas terhadap dunia pendidikan, khususnya bidang pendidikan menengah tinggi. Pasalnya, kuantitas dan kapasitas SMA di Jakarta sangat terbatas. Hilangnya satu SMA akan berakibat banyaknya peserta didik yang tidak tertampung di sekolah negeri. Menurut Agus, penghentian penerimaan siswa baru dibutuhkan kajian mendalam terlebih dahulu sehingga tidak boleh serta merta diberlakukan. "Saya mengakui adanya tradisi tawuran tersebut. Untuk mematahkan tradisi tersebut, SMAN 6 Jakarta perlu melakukan perubahan budaya. Tanpa adanya perubahan budaya, maka jangan harap tradisi tawuran dapat hilang dari sekolah itu," ujarnya. Ia mengusulkan, pemutusan generasi lebih baik tetap melakukan penerimaan siswa baru dengan menerima lebih banyak peserta didik perempuan daripada laki-laki. "Cara ini pernah diterapkan di SMAN 6 Yogyakarta, dimana para siswanya kerap kali terlibat tawuran. Langkah ini mungkin lebih efektif daripada menghentikan penerimaan siswa baru di tengah keterbatasan jumlah SMA negeri di ibukota," ujar Agus. |
Quote:
Waduuuhh.. :capedes Tuh kan, udah liat sendiri bagaimana payahnya kaum pemuda saat ini.. Tawuran kok dijadikan tradisi..? :gila: Mulai dari sekarang gan.. AYO..! JADILAH PEMUDA YANG BERGUNA BAGI BANGSA INDONESIA. JANGAN BISANYA HANYA MERUSAK, MENGHANCURKAN, DAN MENJADI BEBAN BAGI BANGSA INDONESIA. KITA HARUS YAKIN, KITA BISA BANGKIT DARI KETERPURUKAN KARAKTER INI. AYO PEMUDA INDONESIA..! BANGKITKAN SEMANGAT JUANGMU. JANGAN HANYA DIUCAPKAN DENGAN JANJI, NAMUN HARUS DIBARENGI DENGAN PERILAKU. AGAR BANGSA INI BANGKIT DARI KETERPURUKAN..! :iloveindonesias Quote:
|
originally posted by afif44 :cool:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar