Rabu, 12 Oktober 2011

Kredit Berbunga/Riba Penyebab Krisis Financial.


Maaf kepada agan2 semua nya, kalau thread yg ane bikin ini berbau repsol atau salah kamar.

Ane barusan baca dari sebuah blog yg menurut ane sangat menarik karena menyangkut apa sebenar nya penyebab dari krisis finacial yg terjadi di USA dan di eropa yg menyebabkan masyarakat di sana melakukan aksi Occupy Wall Street dan Occupy London Stock Exchange. Tanpa Banyak ba bi bu,silakan agan simak saja langsung tulisan nya!




Quote:









Mata Uang, Anggaran Belanja, dll

Omong lagi mengenai uang.. Hari ini kita bicara tentang mata uang, logika anggaran belanja, dan serba-serbi lainnya...



Coba Anda bayangkan perumpamaan ini:



Di sebuah desa terdapat 3 orang: A, B, dan C.



A menanam jagung, B membuat gerobak, dan C hidup sebagai nelayan yang menjual ikan. Selama bertahun-tahun, mereka berdagang dengan cara barter, di mana produk yang mereka produksi mereka tukarkan dengan produk orang lain dalam jumlah yang menurut mereka nilainya setara.



Pada suatu tahun, karena suatu masalah, tanaman jagung A gagal panen, dan dia tidak punya jagung untuk ditukarkan dengan B dan C. Karena B dan C memang kelebihan persediaan gerobak dan ikan, dan juga karena selama ini A adalah orang yang jujur, maka B & C memutuskan untuk memberikan hutang kepada A. A akan menulis selembar surat hutang, menyatakan bahwa dia akan mendapatkan gerobak dan ikan dari B & C dalam jumlah tertentu, dan akan mengembalikan nilai barang tersebut dengan jagung yang akan dia bayarkan pada musim panen berikut. Hasilnya, semua orang merasa puas. A mendapatkan gerobak dan ikan untuk bertahan hidup, dan B & C pun berhasil “menjual” produksi mereka.



Di musim panen berikut, lagi-lagi A mengalami musibah. Jagungnya kembali gagal panen, dan dia kembali menulis surat hutang kepada B & C untuk “membeli” gerobak dan ikan mereka. B & C sedikit merasa tidak senang, namun karena mereka sangat percaya kepada A, mereka menerima surat hutang dari A. Di hari-hari kemudian, surat hutang yang ditulis A bahkan bisa diperdagangkan antara B & C untuk saling bertukar gerobak dan ikan.



Suatu ketika, A merasa bahwa strategi surat hutang yang dia tulis ini bisa bertahan selamanya, dan dia mulai mengabaikan tanaman jagung dia sama sekali. Dia menghabiskan kebanyakan waktunya yang berharga untuk menikmati hidup dan bermain golf. Ketika musim panen tiba, dia tinggal menulis surat hutang baru kepada B & C.



B & C, yang merasa ada yang tidak beres dengan tindakan A, kemudian pergi ke ladang A untuk melakukan investigasi, dan terkejut karena ternyata A bahkan tidak menanam bibit jagung. A sudah tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk membayar hutangnya. B & C akhirnya menyadari bahwa “penjualan” mereka kepada A selama ini adalah imaginer. Mereka tidak akan mendapatkan kembali nilai barang (jagung) dari A sebesar nilai gerobak dan ikan yang selama ini sudah mereka berikan kepada A.



****



Uang adalah alat tukar (medium of exchange), jadi surat hutang si A pada contoh di atas adalah uang, karena itulah yang dipakai oleh A untuk mendapatkan barang dari B & C, dan juga bisa dipakai oleh B dan C untuk saling bertukar hasil produksi mereka.



Perhatikan bahwa si A bisa membeli sebanyak yang dia mau tanpa perlu memproduksi barang selama surat hutang dia diakui oleh B dan C. Pada dasarnya, selama B & C bersedia menerima surat hutang itu, tidak ada limit waktu seberapa lama A bisa duduk nongkrong sambil "membeli" barang dengan surat hutang dia.



Di dunia nyata hari ini, si A adalah Amerika Serikat. Negara ini secara konsisten telah mengambil kebijakan defisit spending selama 2 dekade ini. Dan kalau Anda melihat kebijakan pemerintah mereka, tampaknya mereka tidak ada niat untuk berbalik arah. Industri dan manufaktur mereka terus dipindahkan ke negara murah seperti Cina, India, Vietnam, Indonesia, dll. Yang tersisa di sana hanya industri retail dan sejumlah perusahaan teknologi, yang inipun mulai meninggalkan Amerika tahun-tahun ini. Dan perhatikan apa topik favorit media sekarang di sana...



"Stimulus"



Dibiayai pakai apa? Negara itu tidak memiliki surplus anggaran (tabungan), demikian juga dengan rakyatnya, jadi jawabannya adalah surat hutang baru. Gali lubang tutup lubang kawan...



(& Jangan lupa, dalam sistem moneter yang kita anut, uang adalah kredit (hutang). Dan yang namanya hutang itu harus dibayar kembali + bunga. Paket stimulus versi mereka dalam bahasa yang paling sederhana adalah menyuruh pemerintah dan rakyat untuk menggali lubang lebih dalam lagi dari sekarang, tetapi dengan propaganda seolah-olah membela kepentingan rakyat supaya rakyat setuju dengan stimulus itu. Siapa yang nantinya mendapat untung? Hehe... The bankers again, stupid!)



Jadi, satu hal yang perlu Anda pelajari dari contoh di atas adalah, ada perbedaan antara kekayaan (wealth) dengan uang (money).



Sebuah negara mungkin saja tidak memiliki kekayaan, tetapi dia tidak mungkin kekurangan uang. Zaman sekarang uang hanyalah selembar kertas, bahkan hanya angka-angka digital di komputer. Kalau mau melihat contoh yang ekstrim, lihatlah Zimbabwe sekarang.



Kekayaan pada dasarnya datang dari PRODUKSI (barang & jasa). Uang hanyalah medium pertukaran. Menilai kekayaan berdasarkan jumlah uang bisa akurat selama uang yang dipakai adalah cerminan dari produksi rakyat yang memproduksi barang & jasa sebelumnya.



Dunia menjadikan US dolar sebagai reserve currency. Negara-negara lainnya di luar Amerika juga harus menggunakan US dolar dalam mayoritas transaksi mereka untuk saling bertukar barang. Selama praktek ini tidak dicabut, dan selama Amerika terus mengambil kebijakan defisit spending tanpa niat untuk membayar, seluruh dunia harus mensubsidi Amerika secara gratis.



Saat ini, tsunami finansial sedang melanda Amerika. Mata uang yang dipakai seluruh dunia, US dolar, pun bergoyang keras. Ada yang bilang akan naik tajam, ada yang bilang akan turun tajam. Siapa yang benar??



Silahkan meneliti berbagai faktor "fundamental" yang Anda suka, tetapi menurut saya saat ini faktor yang paling penting adalah tergantung seberapa Amerika bisa mempertahankan status US dolar sebagai reserve currency internasional. Kalau Amerika bisa mencegah negara lainnya menggunakan mata uang masing-masing untuk berdagang, US dolar akan terus menguat. Tetapi kalau Amerika tidak bisa mencegah negara-negara lainnya menggunakan mata uang mereka, US dolar akan bersaing ketat dengan Zimbabwe dolar nantinya.



Usaha pemerintah Amerika ini tidak akan dilakukan hanya dengan perundingan sopan di atas meja. Mereka tentunya bersedia menghalalkan segala cara untuk mempertahankannya. Tindakan biadab apapun mungkin mereka lakukan, saya tidak bisa membayangkan sejauh apa mereka bersedia berbuat... So quite hard to tell what will happened next. Perang? Wabah penyakit baru? Atau yang lain?



Next, kita bicara tentang omong kosong di media yang mengatakan "Kelesuan ekonomi di Amerika bisa ditanggulangi dengan cara meningkatkan konsumsi dalam negeri dan perdagangan antar negara di luar Amerika."



Renungkanlah baik-baik efek US dolar sebagai reserve currency kawan. Seluruh dunia membutuhkan US dolar sebagai uang (berdasarkan sistem sekarang). Kalau rakyat Amerika tidak bisa berhutang lebih jauh (karena resesi dan juga bank yang tidak bersedia + tidak sanggup meminjamkan karena mereka sudah insolvent), darimana suplai US dolar nantinya akan berasal? Darimana negara-negara lainnya akan mendapatkan dolar untuk saling berdagang nantinya? Bulan demi bulan, selalu ada hutang yang perlu dibayar kembali ke bank. Kalau pertambahan hutang baru tidak bisa menandingi pembayaran hutang pokok, bunga, dan default pembayaran pinjaman lama, suplai uang US dolar akan terus menurun.



Hanya konsumen dan pemerintah Amerika yang bisa memproduksi US dolar (lewat pengajuan kredit ke perbankan Amerika). Bank sentral negara manapun tidak boleh mencetak US dolar, ingat itu.



Kedua, nilai tukar mata uang. Ambil contoh saja, negara kita, Indonesia. Bagaimana caranya meningkatkan konsumsi di dalam negeri kalau rupiah terus jatuh terhadap dolar dan mata uang lainnya?



Jangankan kalau terjadi PHK masal, tanpa PHK pun daya beli rakyat negara ini terus dikurangi karena jatuhnya rupiah. Bagaimana meningkatkan konsumsi di dalam negeri kalau daya beli rakyatnya sedemikian rendah?



Kita ambil contoh sederhana saja.. Anggaplah pendapatan bulanan rata-rata rakyat negara ini sebesar 2 juta. Kalau dibagi dengan harga nasi goreng rata-rata 8 ribu, berarti sebulan bisa membeli 250 piring. Kalau rupiah terus jatuh dan nantinya harga rata-rata nasi goreng 12 ribu, berarti hanya bisa membeli 167 piring. Dan kalau ditambah faktor PHK (kehilangan 2 juta pendapatan bulanan itu), bagaimana caranya meningkatkan penjualan nasi goreng dalam negeri??





Quote:









LANJUT GAN DI BAWAH





Tidak ada komentar:

Posting Komentar