Minggu, 16 Oktober 2011

solusi bahagia hidup tanpa anak CEKIDOT GAN!

solusi bahagia hidup tanpa anak CEKIDOT GAN!:
maaf ya gan sebelumnya kalo ane :repost:

ane cuma mau kasih info buat agan agan yg belum dapet keturunan (maaf gan ga maksud buat nyinggung) ane kemaren denger dari temen ane dia sedikit curcol ama ane katanya uda nikah lumayan lama tp blm dapet keturunan gan kasihan :peluk eh akhirnya ane nemu ginian digoogle langsung aja gan cekidot!!



Ketika pria wanita menikah salah satu harapan mereka adalah memiliki anak. Kehadiran anak dianggap penting karena akan meneruskan garis keturunan keluarga. Karena itu tidak jarang ada perasaan gagal ketika pernikahan tidak diberi keturunan. Kehadiran anak memberikan sukacita kepada suami isteri, sebab itu menjadi bukti ikatan cinta mereka, dimana mereka nanti bisa mencurahkan kasih sayang dan jerih lelah mereka. Dan tidak kalah penting juga anak akan menjadi penolong di saat suami isteri memasuki usia lanjut.



Akan tetapi bagaimana kalau sudah menanti cukup lama, dan telah melakukan berbagai usaha, ternyata tidak kunjung memiliki anak ?



Hal-hal berikut bisa menjadi perenungan untuk menentukan langkah hidup suami isteri ke depan .



1.Pernikahan Memang Tidak Selalu Memiliki Anak



Di dalam Alkitab disebutkan ketika Allah menciptakan manusia, salah satu tugas yang diberikan adalah , , , “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi …” Perintah ini menunjukkan bahwa manusia harus berkembang biak. Akan tetapi di dalam kejadian 2:24 dituliskan, “ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Bagian Firman Tuhan ini menunjukkan bahwa pernikahan itu membawa ke dalam kesatuan, namun kesatuan itu tidak dituliskan hasilnya. Kesatuan daging lalu diakhiri titik, tidak disebutkan hadirnya anak. Jadi secara umum manusia memang harus berkembang biak, tetapi kesatuan suami isteri secara perseorangan tidak harus menghasilkan anak.



Karena itu ketika pasangan suami isteri itu tidak memiliki anak, jangan merasa pernikahan yang dibangun gagal atau kurang. Malah pernikahan itu sedang dimaksudkan untuk maksud khusus, sebab pernikahan itu tidak memenuhi maksud umum Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Kalau hal itu terjadi karena Allah mendesain pernikahan itu untuk tugas yang khusus.



2.Mengenali Tugas Khusus



Dengan memahami pemikiran di atas, maka dari pada tenggelam dalam perasaan gagal, kurang, atau bersalah, suami isteri lebih baik mencari apa maksud Allah tidak memberikan keturunan kepada mereka. Ada tugas khusus yang Allah berikan untuk keadaan itu. Tugas kemanusiaan yang sulit dilakukan apabila mereka memiliki anak.



Saya mengenal pasangan suami isteri yang tidak dikarunia anak. Keduanya memiliki banyak kelebihan dibanding kebanyakan orang. Ternyata Tuhan mengijinkan mereka tidak memiliki anak, untuk tugas menggerakan banyak orang supaya memikirkan nasib manusia. Tugas itu mengharuskan mereka berdua sering bepergian ke berbagai tempat. Menggerakan organisasi-organisasi dan orang-orang supaya melakukan proyek pembinaan karakter , pertolongan bagi ketidakadilan, serta pengentasan kemiskinan. Usia mereka sekarang sudah 70 tahun, tapi keduanya masih aktif melakukan tugas-tugas itu. Saya sulit membayangkan kalau mereka memiliki anak. Mereka pasti tidak bisa melakukan tugas itu dengan efektif.



Tugas-tugas yang mungkin kita emban tidak harus dalam skala besar. Mungkin pasangan suami isteri ditugaskan Tuhan untuk menolong keluarga besar. Tidak jarang dalam keluarga besar banyak anak-anak yang tidak bisa bersekolah atau bahkan kehilangan orang tua. Pasangan suami isteri bisa memberikan dukungan keuangan sambil memantau perkembangan jiwa anak-anak itu. Mereka tidak harus menarik anak-anak itu menjadi keluarga mereka. Tetapi pada waktu-waktu tertentu ada pertemuan, dipakai untuk berbincang dan pembinaan. Selain itu pasangan suami isteri itu bisa melakukan komunikasi pribadi dengan anak-anak yang ditolongnya, sehingga terjalin hubungan yang dekat dan pemantuan yang intensif.



Tugas seperti itu bisa juga dilakukan untuk masyarakat luas. Bisa secara pribadi atau dengan membuat yayasan.



Tugas khusus lain adalah tugas untuk menggunakan kemampuan akademis mereka guna melakukan riset-riset sulit dan penting. Banyak hal yang harus diselesaikan di dunia ini. Penyakit-penyakit yang belum diketemukan atau sangat minim pengobatannya, seperti HIV/Aids, kanker, atau TBC. Tetapi juga persoalan-persoalan yang akan dihadapi di masa depan, seperti menyusutnya pangan, energi, maupun kerusakan lingkungan.



Tugas-tugas besar ini membutuhkan pencurahan waktu , tenaga, dan mungkin keuangan. Dan orang-orang yang tidak memiliki anak, akan lebih leluasa melakukannya.



Dengan tugas khususu ini pasangan suami isteri mungkin tidak memiliki anak, tapi mereka sedang menyelamatkan hidup banyak anak.



3.Mengadopsi Anak



Baik juga jika suami isteri mengadopsi anak. Perlu dipikirkan bagaimana mengasuh dan memelihara anak tersebut dan bagaimana relasi dengan orang tua biologis mereka. Kalau anak yang diadopsi berasal dari lingkungan keluarga, sangat baik kalau suami isteri nantinya memberitahu siapa orang tua biologisnya. Tentu sudah dipikirkan bentuk komunikasinya, supaya anak tersebut tidak merasa terbuang. Kasih sayang yang besar dari orang tua angkat akan menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk tidak merasa terbuang.



Alternatif adopsi adalah anak-anak yang ditinggal orang tuanya dan dititipkan di rumah yatim piatu. Memang perlu dikenali betul masa lalu anak, sebab bisa saja orang tua biologis si anak sebenarnya memantau anaknya dari kejauhan. Tidak menutup kemungkinan orang tua biloogis punya hati tidak baik, sehingga nantinya datang ke rumah dan membongkar masa lalu anak untuk tujuan-tujuan pemerasan. Mengenali dan mempertimbangkan dengan matang merupakan kunci dalam mengadopsi anak-anak dari rumah yatim piatu.



Dalam mengadopsi penting memperhatikan aspek legal. Sebaiknya dibuatkan akta adopsi, sehingga kedudukan relasi orang tua anak menjadi kuat.



4.Hidup Benar dan Tidak Terluka



Tidak sedikit pasangan yang kemudian terluka. Marah kepada Tuhan dan juga menyalahkan pasangan. Keadaan demikian sangat tidak baik. Ini akan merusak diri sendiri dan pernikahan. Sebaiknya pasangan menerima dengan ikhlas dan saling menguatkan satu sama lain. Ketidakhadiran anak tentu membuat sedih keduanya.



Apabila tidak adanya anak karena kemandulan salah satu pasangan, kadang-kadang menyebabkan pasangan lainnya bisa kecewa dan tidak jarang menyalahkan. Sikap seperti ini sangat disayangkan. Pasangan yang mandul tentu lebih kecewa. Jadi karena mereka sudah menikah, siapapun yang mandul harus diterima sebagai kedaulatan Allah untuk mereka berdua. Pasangan suami isteri perlu segera saling menguatkan, lalu mencari tahu apa tugas yang mereka emban dengan ketidakhadiran anak tersebut.



Orang yang meninggalkan pasangannya karena kemandulan adalah orang yang terluka dan tidak dewasa. Orang semacam itu tidak memiliki kasih dan komitmen sejati. Karena itu jika dia menikah lagi dengan tujuan memiliki anak, pernikahan baru itu dibayang-bayangi oleh karakternya yang buruk.



Suami isteri yang tidak dikarunia anak bisa juga menyalahkan Tuhan dan kemudian hidup semaunya. Tentu hidup seperti ini merusak diri sendiri. Penting untuk belajar tunduk kepada kedaulatan Tuhan dan kemudian mencari tahu apa yang Dia inginkan dengan keadaan mereka. Dalam Alkitab dikisahkan tentang hidup Zakaria dan Elisabet ( orang tua Nabi Yohanes Pembatis ) yang hingga masa tua mereka tidak dikarunia anak. Alkitab mencatat tentang cara hidup mereka pada situasi itu sebagai berikut, “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” ( Lukas 1:6-7 )



Kehidupan yang benar akan membuat pasangan suami isteri menjadi berkat bagi banyak orang. Mereka menjadi teladan bagi banyak pasangan yang bergumul dengan ketidakhadiran anak.



5.Terus Berharap Tapi Tidak Memaksa



Bolehkah terus berharap jika tidak ( belum ) dikarunia anak ? Tentu. Bahkan jika hal itu terjadi karena alasan medis yang tidak bisa ditanggulangi, orang tetap boleh berharap. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Zakaria dan Elisabet terus berdoa dan malah mereka tekun berdoa. Dan akhirnya mereka memiliki anak pada saat usai mereka sudah tua.



Dalam hal ini yang penting adalah jangan memaksa Tuhan. Berdoa tetapi terbuka. Dan kemudian jangan fokus kepada persoalan anak saja. Lanjutkan hidup untuk berguna bagi sesama dan kehidupan.



6.Menyiapkan hari tua



Pada waktunya pasangan suami isteri akan memasuki masa tua. Mereka bisa mempersiapkan diri untuk memasuki rumah lansia. Karena itu selama masih sehat, sebaiknya mereka mempersiapkan keuangan untk digunakan pembiayan masuk rumah lansia nanti.



Bisa juga “menyerahkan” diri kepada keluarga besar, keponakan atau saudara mungkin akan menampung mereka. Apabila semasa hidupnya mereka terlibat dalam kehidupan keluarga besar hal sperti ini tentu tidak menjadi persoalan. Tentu tetap penting sebelum menjadi tua telah mempersiapkan keuangan untuk masa tua tersebut, sehingga tidak merepotkan keluarga yang menjaga mereka.



Hal ini tidak dimaksudkan memanfaatkan, tetapi di kebudayaan Indonesia masih dimungkinkan kejadian sepeti hal itu.



Kiranya banyak pasangan yang tidak memiliki anak menjadi pasangan-pasangan yang memberi kehidupan kepada banyak anak. Mereka akan dikenang oleh banyak keturunan.





mudah mudahan ini berguna buat agan yah begitu juga untuk agan yg berbaik hati dan yg udah ISO lontong ane gan kasih :cendolbig:cendolbig dan kalo sekiranya ga cendol lontong :rate5:rate5 juga gpapa gan :ilovekaskus



kaskusker yg baik setelah selalu meninggalkan jejak :shakehand2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar